Selasa, 24 Mei 2011

Kabo Jaya, Gerbang Menuju Prevab

Pernahkah anda mendengar tentang Prevab? atau jika belum, pernahkah anda mendengar tentang orang utan? pasti pernah. Di prevab adalah lokasi untuk meneliti orang utan. Cara menuju kesana bisa melalui Dusun Kabo Jaya yang persis berada bersebrangan dengan Prevab. Cukup dengan menggunakan ketinting. (perahu  kayu yang berisi 5-8 orang dengan motor penggerak) Tapi jangan salah, tidak semua orang bisa berkunjung ke Prevab. Mengapa? karena disana merupakan zona rimba dari Taman Nasional Kutai yang dialokasi kan untuk penelitian dan khusus para peneliti yang boleh dan bisa kesana. Kami akan menceritakan di sini apa yang bisa di temui di Prevab.

 Perjalanan menuju Prevab, menuju dermaga sederhana. Ketinting adalah pilihan transportasi untuk mencapai kesana. Sekitar 20-25 menit perjalanan hingga sampai tujuan.

 Ini adalah Ketinting yang biasa di pergunakan untuk menjemput dan mengantar para peneliti. Kebetulan kali ini para pengurus ECOKABOJAYA berkesempatan berkunjung untuk bertemu dengan Kepala Resot Sangatta Bapak Arif.

 Suasana di sekitar Sungai Sangatta, dalam perjalanan menuju Prevab.

 Pemandangan ketika kita melihat sisi hutan rimba dan ketinting di sampingnya.

 Sungai Sangatta termasuk sungai yang lebar, dalam dan berkelok kelok.

 Ini adalah dermaga sederhana yang ada di Prevab.

 Sudah terlihat Prevab adalah bagian dari Taman Nasional Kutai. Jadi sudah jelas, bahwa wilayah ini memang terbatas.

 
Jalan kayu menuju Camp. Jika pasang, sungai bisa tinggi mencapai batas bawah jalan jayu ini.

 
 Ini adalah Camp yang dipergunakan oleh Mr. Suzuki, peneliti Orang utan dari Jepang. 

 Camp Kakap

 Suasana diskusi para pengurus ECOKABOJAYA dan Pihak Taman Nasional. 

Track di sekitar Prevab yang dijadikan sebagai jalur interpretasi bagi pengungjung yang singgah.

  
Pak Supiani menjelaskan tentang rute rute yang ada. Termasuk bekas kawasan hutan yang terbakar karena panas kemarau. 

 Coba tebak, berapa usia pohon ini? Sudah ratusan tahun.

 Jalan setapak menuju mess tamu. Tapi sayang, kondisinya masih belum baik untuk di tempati.

 Pohon besar yang kami temui di dalam hutan.

 Rute yang ada dalam kawasan hutan.

 Jembatan kayu, menyebrangi rawa kecil (jika air tidak pasang).

 Luasnya batang pohon menandakan jumlah usianya yang ratusan tahun.

 Tinggi. Hanya itu yang ada dalam pikiran kami, yang jelas, pohon tersebut memang tinggi dan menjulang jauh ke atas. Dulu, hutan di Kalimantan semuanya sepeti ini pohonnya, bagaimana dengan sekarang? masihkah?

 Hewan ini sama seperti keluwing (mirip), mereka menggulung jika tersentuh oleh benda asing. Lucu sekali, hampir mirip dengan kelereng atau biji karet.

 Buah cangkuang, ini sudah di makan oleh sang orang utan.

 Serangga ini memiliki hidung seperti badut.
Jangan di kira-kira, memang jumlah nya banyaaakkk sekali. Mereka menempel di batang-batang pohon di dalam hutan.

 Jamur di "lantai" hutan, bentuknya lucu, sekilas seperti karet, tapi ternyata jika dipegang lunak.

 Pohon yang sudah mati, dia sudah mulai berlumut, artinya Prevab merupakan hutan tpopis dataran rendah yang masih memiliki kualitas bagus. Lumut ini merupakan indikator lingkungan yang menandakan udara dan air di sekitar hutan ini belum tercemar.

 Tingginya camp Kakap ini sampai 3x tingginya manusia, wow... tinggi sekali yah, konon katanya, dahulu saat sungai Sangatta itu meluap, bisa sampai 2 meter tingginya, jadi bangunan-bangunan di Prevab semua berbentuk panggung.

 Pengurus ECOKABOJAYA, bersama Kepala Desa Swargabara, dan PILI.

Picture Taken by Dianing Kusumo dan Annisa Yuniar
By Author

Tidak ada komentar:

Posting Komentar